Rabu, 28 November 2007

Fwd: [Republika Online] Shalat Subuh adalah Cahaya


03 Agustus 2007
Shalat Subuh adalah Cahaya

Cahaya merupakan simbol dari pencerahan spiritual. Ilmu adalah cahaya. Iman adalah cahaya. Bekas-bekas basuhan air wudhu di wajah adalah cahaya. Alquran adalah cahaya. Setiap amal saleh yang kita lakukan hakikatnya adalah cahaya. Sejatinya, cahaya spiritual akan membimbing serta menerangi kehidupan manusia, tidak hanya di dunia saja tapi juga sampai ke akhirat kelak.

Di sana, cahaya terang akan memancar dari wajah setiap hamba-hamba beriman yang senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Cahaya inilah yang akan membedakannya dari orang-orang kafir nan ingkar. Allah SWT berfirman, Pada hari ketika kamu melihat orang Mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak (QS Al Hadiid <57>: 12).

Pertanyaannya, apa kaitan shalat Subuh dengan cahaya? Di awal telah diungkapkan bahwa semua amal saleh hakikatnya adalah cahaya. Karena shalat Subuh adalah sebentuk amal saleh yang sangat bernilai, otomatis ia pun termasuk cahaya. Cahaya seperti apa? Dalam sebuah hadis dari Buraidah Al Aslami, Rasulullah SAW mengungkapkan, Beritakanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di waktu gelap (di pagi hari), dengan cahaya yang sempurna di akhirat kelak. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sungguh mengagumkan hadis ini. Al Mubarakfuri memberi komentar, gBahwa tubuh mereka akan diselimuti, dengan cahaya dari berbagai arah, saat mereka mengalami kesulitan berjalan di atas titian shirath kelak. Simaklah kata-kata kunci di dalamnya, kegelapan yang diikuti cahaya yang sempurna. Kegelapan yang diikuti cahaya terang, bukan cahaya remang-remang, namun cahaya yang kualitas terangnya begitu sempurna. Bagaimana terang benderangnya cahaya yang berada di tengah kegelapan? Semakin pekat kegelapan, semakin benderang pula cahaya yang melingkupinya. Pantas jika Rasulullah SAW mengungkapkan janji ini. Bukankah waktu Subuh, waktu sepertiga malam terakhir, waktu menjalang terbitnya fajar, adalah waktu yang paling gelap dari keseluruhan malam? Saat itu adalah saat terjadinya pertukaran antara malam dan siang. Bulan dan bintang sudah memasuki peraduannya sedangkan matahari belum muncul ke permukaan. Saat itu adalah saat-saat di mana cahaya yang menerangi bumi mencapai intensitasnya yang terendah, hingga Bumi mencapai kegelapan yang sempurna.

Dengan kasih sayang-Nya, Allah SWT memerintahkan kita untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah. Dalam kegelapan yang sempurna, Rasulullah SAW mengajak kita berjalan ke masjid memenuhi panggilan Ilahi yang terungkap lewat kumandang adzan. Ketika momen itu berlangsung, dalam setiap langkah kaki, Allah SWT akan menggugurkan satu dosa serta mengangkat kita satu derajat (HR Bukhari Muslim). Ketika itu pula, Allah SWT menaburkan cahaya-cahaya terang yang akan menerangi jiwa orang-orang yang memenuhi panggilannya. Tahukah Anda bahwa peristiwa itu terjadi setiap hari, di pagi hari.

Karena tu, Rasulullah SAW mengajari kita sebuah doa, saat kita berjalan ke masjid di waktu malam dan pagi hari, Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya. Jadikanlah pada pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya. Jadikanlah dari atasku cahaya, dari bawahku cahaya. Ya Allah berikanlah kepadaku cahaya dan jadikanlah aku cahaya (HR Muslim dan Abu Dawud).

Sepertiga malam terakhir hingga terbitnya fajar, adalah momen-momen yang sangat dahsyat. Seiring hadirnya cahaya-cahaya penerang jiwa, Allah SWT pun menaburkan aneka keberkahan di dalamnya. Betapa tidak, saat itulah para malaikat (yang juga makhluk cahaya) memberi laporan harian kepada Tuhannya, perihal amal-amal yang dilakukan manusia. Malaikat siang dan malaikat malam datang dan pergi kepada kalian pada waktu malam. Mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan shalat Ashar. Kemudian malaikat yang hadir bersama kalian naik ke langit, dan Allah Azza wa Jalla bertanya kepada mereka (walau Allah Maha Mengetahui segalanya), 'Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?'. Mereka menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami pun mendatangi mereka ketika dalam keadaan shalat'. (HR Bukhari Muslim).

Siapa pun yang mampu meraih keberkahan ini, maka di akhirat kelak kado istimewa sudah siap menunggunya. Apakah itu? Perjumpaan dengan Allah, Dzat Yang Mahatinggi. Masuk surga itu adalah nikmat yang teramat besar. Namun, kenikmatan surga tiada artinya jika dibandingkan dengan menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan. Rasul sendiri yang menjanjikan hal ini. Dari Jair bin Abdillah, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Ketika kami tengah berada di sisi Nabi SAW, beliau memandang ke arah bulan purnama, lalu bersabda, 'Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini untuk melihat-Nya. Jika kalian sanggup untuk tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya, maka lakukanlah'. Kemudian beliau membaca ayat ini: dan bertasbihlah memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya (QS Thaahaa <20>: 30). (HR Bukhari).

Alasan dikhususkannya shalat Subuh dan Ashar, boleh jadi karena pada kedua waktu itu seseorang nyaman beristirahat. Waktu Subuh meneruskan istirahat malam, sedangkan Ashar adalah waktu beristirahat seusai melakukan berbagai kesibukan pekerjaan. Selain itu, siapa pun yang istikamah menjaga kedua shalat ini, biasanya mampu pula menjaga shalat fardu pada waktu-waktu lainnya.


Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=302354&kat_id=105